1. Krisis ekonomi di tahun 1998 sampai dengan awal tahun 2000, dimana tingginya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah saat itu, ternyata membawa berkah bagi para pengrajin usaha Bordir Tasikmalaya.
Para pembeli dari negara Malaysia dan Singapura, bisa membeli 3-4 mukena bordir hanya dengan 10 dollar AS, sehingga pembelian dari konsumen luar negeri meningkat. Hal ini membuat para perajin bordir menjadi semangat dalam berusaha bordir Tasikmalaya.
2. Dulu, bordir dibawa dengan menggunakan kendaraan umum ataupun kendaraan sewa, untuk diangkut ke Jakarta.
Omsetnya kala itu hanya mencapai Rp. 1 juta per bulan dengan lapak sekadarnya, misal di pinggir Kali Waduk Melati, Jakarta Selatan. Hari pasar saat itu umumnya 2 kali seminggu yaitu tiap Senin dan Kamis.
3. Melalui ketekunan mereka dalam berusaha, di tahun 2002, para perajin bordir Tasikmalaya bisa mempunyai kios di Lantai 5 A Blok F Pasar Tanah Abang.
Justru dengan kehadiran kios pengusaha bordir Tasikmalaya, pengelola pasar tersebut untung, sebab tingginya minat konsumen terhadap bordir Tasikmalaya tersebut.
4. Hebatnya, tiap 2 minggu sekali, 50-100 mobil angkut dari Tasikmalaya dengan 1 mobil berkapasitas 20-40 kodi, berangkat dari Tasikmalaya ke Jakarta. Bila di Rupiah kan, bisa mencapai Rp.2-3 miliar Rupiah. Omset bisa meningkat bila menjelang hari Lebarn Idul Fitri serta hari raya umat Islam lainnya.
5. Uniknya, sekarang ini malahan para pedagang bordir Tasikmalaya diberikan lapak cuma-cuma di beberapa tempat Mall di Jakarta dan Serpong, Tangerang, misal di Agung Podomoro, Season City, Serpong Plaza, Atrium serta Pondok Indah.
0 komentar:
Posting Komentar